31/12/2020

TINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DRAMA DENGAN MODEL MIND MAPPING

Oleh: Wahyuni

(Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali Jawa Tengah)


Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX SMP khususnya ketrampilan menulis, disinyalir belum ideal karena hasil belajar yang diraih siswa masih rendah. Hal ini diindikasikan dari kualitas pembelajaran serta keterampilan menulis naskah drama siswa yang tergolong masih rendah. Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut diindikasikan oleh kurangnya keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keterampilan guru mengelola kelas. Keterampilan pengelolaan kelas yang kurang dapat mengarahkan pada pembelajaran menulis naskah drama yang konvensional. Adapun rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa ditandai oleh kreativitas, imajinasi, pengorganisasian paragraf, pemanfaatan potensi kata, pengembangan bahasa, mekanik, dan ketuntasan belajar yang kurang Sementara itu, sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang mesti ditulis. Terkadang sudah ada ide, tetapi tidak bisa mengembangkan lebih lanjut sehingga cerita tidak terselesaikan dengan baik. Beberapa cerita drama bahkan memiliki alur cerita yang sama dengan cerita pada sinetron kebanyakan. Di samping itu, sebagian besar naskah drama yang ditulis siswa memiliki ending yang tidak logis. 
Berdasar pada permasalahan yang ada, dipilihlah model pembelajaran peta konsep (Mind Mapping) untuk mengatasi permasalahan tersebut. Model pembelajaran ini dipilih untuk melakukan pencatatan secara ringkas dan sistematis serta dapat mengembangkan gagasan karena rangsang visual berupa gambar serta warna yang ditawarkan. Di samping itu, model ini diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan imajinasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan menulis naskah drama. Siswa dapat mengembangkan ide dari peta konsep yang telah dibuat sehingga tidak lagi kehabisan ide. Hal ini akan lebih mengefektifkan waktu pembelajaran.

Peta konsep atau disebut dengan Mind Mapping merupakan salah satu model pembelajaran belajar yang dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an yang didasarkan pada cara kerja otak. Otak mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita pelajari sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk peta konsep. Dengan demikian, proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berpikir (Sugiyanto, 2007).

Mind Mapping memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang seperti yang secara internal selalu digunakan otak, dan anda perlu membiasakan diri kembali. Mind Mapping  merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind Mapping  adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2007). Mind Mapping  bisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian tengah Mind Mapping  sama halnya dengan pusat kota dan mewakili gagasan terpentng; jalan- jalan protokol yang memancar keluar dari pusat kota  merupakan  pikiran-pikiran utama dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabang-cabang sekunder merupakan pikiran sekunder.

Model pembelajaran Mind Mapping  sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis. Komalasari (2013) mengemukakan bahwa pemetaan pikiran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum menulis. Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya dan bagimana memulainya. Dengan pemetaan pikiran, sebuah tema dijabarkan dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Mind mapping merupakan cara mengembangkan kreatifitas siswa. Kreatifitas siswa adalah kunci bagi sukses, baik dalam memunculkan ide-ide yang cemerlang, menemukan solusi yang inspiratif untuk menyelesaikan masalah maupun menemukan cara baru untuk menjadi kreatif. Model ini mampu menggali ide-ide yang cemerlang dan mampu membebaskan seluruh potensi kreatif siswa.

Model seperti ini melibatkan penggalian ide utama menjadi ide-ide turunan, atributnya, turunannya, serta ide-ide terkait lainnya, dan lalu dilanjutkan untuk masing-masing turunannya itu dengan cara yang sama: digali ide-ide turunannya, atributnya, dan ide terkait lainnya. Mind maping juga merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran kita, secara menarik, mudah dan berdaya guna. Kemudian ada beberapa pengertian lain lagi di antaranya adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut, mengembangkan cara pikir divergen, berpikir kreatif, alat berpikir  organisasional  yang sangat hebat. 

Model pembelajaran Mind Mapping teknik atau cara yang mudah merangkum suatu pelajaran yang memiliki suatu topik dengan cara membuat peta konsep, berbentuk diagram pohon, menuliskan tema atau topik di tengah kertas kemudian menulis kata-kata kunci pada cabang-cabang tema tersebut. Kata kunci merupakan kata-kata tertentu atau kata-kata inti. Kata kunci bagaikan jalan tol yang bisa mempercepat informasi sampai ke otak anak. Melalui kata-kata kunci yang dipilih seperti diagram atau cabang-cabang pohon, informasi akan mudah diterima otak. Kata kunci merupakan kata-kata tertentu yang bagaikan “jalan tol” bisa cepat sampai ke otak. Seperti halnya kata kunci, kata-kata ini juga bisa membuka pintu langsung ke otak anak. Cara termudah membuat Mind Mapping adalah memberikan prinsip dasar kata kunci.

Model pembelajaran peta konsep (Mind Mapping) sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis. Komalasari (2013) mengemukakan bahwa pemetaan pikiran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum menulis. Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya dan bagaimana memulainya.. Dengan pemetaan pikiran, sebuah tema dijabarkan dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah- langkah dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut:
  1. Memilih suatu bahan bacaan
  2. Menentukan konsep-konsep yang relevan
  3. Mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif
  4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya "terdiri atas", "menggunakan" dan lain-lain.
Dari penerapan model pembelajaran Mind Mapping tersebut diharapkan terjadi peningkatan baik pada kualitas proses pembelajaran yang ditandai dengan peningkatan keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama, maupun keterampilan menulis naskah drama yang ditandai dengan peningkatan kreativitas, imajinasi, pemanfaatan potensi kata, pengembangan bahasa pada naskah drama karangan siswa dan ketuntasan belajar.

REFERENSI

  • Buzan,  Tony.  2007. Buku  Pintar  Mind  Map.  Jakarta:  PT  Gramedia  Pustaka Utama.
  • Daryanto dan Mulyo R. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
  • Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
  • Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

No comments:

Post a Comment