31/12/2020

BELAJAR MATEMATIKA JADI MENYENANGKAN DENGAN PENERAPAN MODEL RTE

Oleh: Abdul Muslim, S.Pd.

(Guru Matematika SMK Negeri 6 Surakarta Jawa Tengah)

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mendapat prioritas utama untuk menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada kenyataannya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Potensi guru dan siswa mempunyai peranan yang sangat penting di sekolah. Sebagai pendidik dan pengajar guru dituntut untuk dapat menemukan suatu cara penyampaian materi kepada anak didik dengan efektif dan efisien, karena guru mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kualitas pengajaran.

Sampai saat ini, tampak bahwa pembelajaran yang dianut oleh guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Oleh karena itu, para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa mereka saat memasuki kelas mempunyai bekal kemampuan pengetahuan dan minat yang tidak sama. Model pembelajaran yang dijalankan adalah pembelajaran satu arah dimana siswa hanya sebagai obyek pendidikan, mereka ke sekolah hanya melaksanakan prinsip 3D, yaitu Datang, Duduk, Diam sehingga keaktifan siswa sangat kurang saat proses belajar mengajar berlangsung.

Dalam matematika, suatu model pembelajaran yang sesuai untuk materi tertentu belum tentu sesuai jika diterapkan pada materi yang lainnya. Dalam memilih model mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pengajaran dan bentuk pengajaran (kelompok atau individu). Pada dasarnya tidak ada model mengajar yang paling ampuh sebab setiap model mengajar yang digunakan pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, dalam mengajar bisa digunakan berbagai model sesuai dengan materi yang diajarkan.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di kelas XII di SMK Negeri 6 adalah adalah guru merasa kesulitan membangun pemahaman bila menggunakan model pembelajaran konvensional. Siswa akan merasa cepat bosan dan jenuh mengikuti kegiatan pembelajaran selesai, bahkan menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang tersulit untuk dipahami. Siswa cenderung pasif dan kurang kreatif serta siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Siswa hanya terfokus pada cara penyelesaian soal yang diberikan oleh guru tetapi tidak mencoba cara lain dalam menyelesaikan soal. Sebagai akibatnya tingkat pemahaman mereka juga rendah sehingga prestasi belajarnya pun tidak maksimal.

Guru merasa kesulitan menemukan model pembelajaran yang tepat untuk membangkitkan dan meningkatkan minat siswa terhadap materi tersebut. Hal tersebut merupakan indikator bahwa kualitas pembelajaran yang dilakukan selama ini masih kurang berkualitas. Prestasi belajar siswa pun tidak mencapai hasil yang maksimal terbukti masih ada beberapa anak yang belum memenuhi nilai KKM. Faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah kemampuan siswa yang berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya turut mempengaruhi keberhasilan mereka dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan meningkatkan prestasi belajar matematika, guru dapat menerapkan model pembelajaran dengan model Rotating Trio Exchange sebagai salah satu solusi alternatif.

Pembelajaran model Rotating Trio Exchange merupakan pembelajaran kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari tiga orang yang berpindah searah jarum jam. Isjoni (2010) mengungkapkan bahwa model cooperative learning tipe Rotating Trio Exchange adalah model pembelajaran dimana dalam satu kelompok terdiri dari 3 orang siswa, yang diberi nomor 0, 1, dan 2. Selanjutnya nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Setiap kelompok diberikan pertanyaan untuk didiskusikan. Setelah itu, kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru. Dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan, dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat kesulitannya.

Senada dengan pendapat di atas, Silberman (2009) mengungkapkan bahwa model pembelajaran Rotating Trio Exchange merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah pembelajaran dengan beberapa teman sekelasnya. Dengan adanya pertukaran tiga anak yang dirotasikan, akan berjalan dengan mudah jika dilengkapi dengan materi pelajaran yang mendukung. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Rotating Trio Exchange adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menerapkan pembelajaran secara berkelompok dimana setiap kelompok terdiri atas tiga orang siswa yang akan di putar searah dan berlawanan dengan jarum jam sehingga akan membentuk kelompok dan anggota kelompok yang baru.

Pada pelaksanaannya di kelas model pembelajaran Rotating Trio Exchange memiliki berberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran ini di antaranya adalah:

  1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pandangan dan pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama.
  2. Melatih siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan mengemukakan pendapat.
  3. Memiliki motivasi tinggi karena mendapat dorongan teman sekelompok.
  4. Dengan adanya pembaharuan anggota dalam setiap kelompok setelah diskusi selesai, siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir lebih baik.
  5. Siswa tidak merasa bosan karena dalam setiap diskusi mereka selalu dirotasikan sehingga menemukan teman diskusi yang selalu baru.

Kelemahan dari model pembelajaran Rotating Trio Exchange antara lain adalah:

  1. Dalam setiap pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning tipe Rotating Trio Exchange, guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan sungguh- sungguh.
  2. Saat diskusi berlangsung, terkadang didominasi oleh seseorang dalam setiap kelompok.
  3. Lebih baik diterapkan pada jumlah siswa berkelipatan tiga, namun tidak menutup kemungkinan diterapkan pada jumlah siswa yang tidak berkelipatan tiga.
  4. Memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya, karena setiap kelompok harus dirotasikan sehingga selalu membentuk kelompok baru.

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Rotating Trio Exchange di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dalam setiap pelaksanaannya, sehingga guru harus bisa lebih variatif untuk meminimalisir kekurangan tersebut agar pelaksanaaan pembelajaran dengan menggunakan model Rotating Trio Exchange dapat berjalan dengan menyenangkan dan siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran.

Selanjutnya langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model Rotating Trio Exchange adalah sebagai berikut:

  1. Penjelasan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru dan materi yang akan didiskusikan.
  2. Pembentukan kelompok oleh guru secara heterogen yang terdiri dari 3 orang siswa masing-masing diberi simbol 0, 1, dan 2.
  3. Penyampaian prosedur yang akan dilakukan yaitu Rotating Trio Exchange dengan cara:
  4. Setelah terbentuknya kelompok, guru memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut.
  5. Setelah selesai mengerjakan permasalahan yang didiskusikan, kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas.
  6. Selanjutnya berdasarkan waktu, siswa yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap di tempat.
  7. Guru memberikan pertanyaan baru atau bahan diskusi baru untuk didiskusikan oleh trio baru tersebut.
  8. Penyajian hasil diskusi oleh kelompok.
  9. Setelah peputaran kelompok kembali terjadi yakni siswa dengan simbol 1, dan 2 kembali bertukar tempat.

Dengan penerapan model ini diharapkan akan terjadi suatu kegiatan pembelajaran yang lebih menarik, berkualitas, berkesan mendalam dan membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dengan kelompoknya akan bersaing mendapatkan hasil yang lebih baik sehingga terjadi kompetisi yang sehat di antara mereka. Keberhasilan belajar rata-rata siswa pada mata pelajaan matematika diharapkan juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya pemahaman mereka pada materi pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Rotating Trio Exchange. 


SUMBER REFERENSI

  • Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 
  • Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
  • Sani, Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Silberman. M. 2009. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.



No comments:

Post a Comment