31/12/2020

IMPLEMENTASI MODEL TBL PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Oleh: Marsiti Laily Qodariya, S.Pd.

(Guru Bahasa Indonesia SMA Batik2 Surakarta - Jawa Tengah)

Kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 harus lebih menekankan pada proses daripada hasil. Dalam proses pembelajaran, pengajar harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa menemukan, membentuk dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan siswa harus mampu membangun pengetahuan secara aktif dalam kegiatan belajar yaitu suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. 
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia  di SMA Batik 2 Surakarta adalah guru merasa kesulitan membangun pemahaman bila menggunakan model pembelajaran konvensional. Sementara guru masih sering menggunakan model pembelajaran ini, sehingga kegiatan pembelajaran peran guru masih sangat dominan. Sebagai akibatnya siswa akan merasa cepat bosan dan jenuh mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai karena berlangsung monoton. Mereka merasa hanya dianggap obyek pembelajaran. Ada pula sebagian siswa bersikap apriori dan  bahkan menganggap pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang gampang tetapi susah (terlihat mudah tetapi sukar untuk dipahami). Sebagai akibatnya tingkat pemahaman mereka juga rendah sehingga prestasi belajar yang diraih pun juga tidak maksimal.

Guru merasa kesulitan menemukan model pembelajaran yang tepat untuk membangkitkan dan meningkatkan minat siswa pada materi pelajaran bahasa Indonesia. Padahal materi yang ada pada pelajaran ini menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) dari siswa untuk memahaminya. Hal tersebut merupakan indikator bahwa kualitas pembelajaran yang dilakukan selama ini perlu ditingkatkan. Prestasi belajar siswa pun tidak mencapai hasil yang maksimal terbukti masih ada beberapa anak yang nilainya kurang dari nilai KKM. Faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah jumlah siswa dalam satu kelas dan kemampuan siswa yang berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya turut mempengaruhi keberhasilan mereka dalam pembelajaran. Salah satu cara yang cukup interaktif adalah memberdayakan model kerja kelompok. 

Cara ini cukup efektif untuk kelas dengan siswa yang berjumlah cukup besar, karena biasanya kelas dengan kondisi seperti ini sulit dijaga dinamikanya. Jika guru tidak memperhatikan kondisi siswa dengan seksama maka dapat terjadi bahwa kelas berlangsung secara monoton, membosankan, dan banyak siswa yang tidak dapat memahami inti materi yang ingin disampaikan karena keburu bosan dan mengantuk. Model pembelajaran yang dapat diterapkan guru bahasa Indonesia adalah model pembelajaran Team Based Learning.

Team Based Learning (TBL) adalah salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menyampaikan materi pengajaran secara lebih efektif, khusunya pada kelas yang siswanya berjumlah banyak (kelas besar).Menurut Daryanto dan Mulyo R. (2012) Team Based Learning adalah salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk menyampaikan materi pengajaran secara lebih efektif, khususnya pada kelas yang siswanya berjumlah banyak (kelas besar). Kekuatan TBL terletak pada usaha membangun motivasi belajar mandiri dan iklim kerja kelompok sehingga siswa dapat mempelajari materi atau topik bahasan secara lebih efektif, menarik, tidak membosankan, dan dapat memahami mulai dari konsep hingga implementasinya. Sasaran ini dapat dicapai dengan menerapkan sejumlah langkah dan metode yang intinya adalah pengelolaan kelompok belajar, penugasan baik secara mandiri maupun berkelompok serta sistem penilaian yang membuat para  siswa dapat mengeksploitasi kekuatannya sebagai individu maupun sebagai anggota dari satu kelompok.

Pemberdayaan kerja kelompok dalam satu kelas dapat dilakukan dengan mengenalkan konsep yang disebut dengan TBL tersebut, yaitu model pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok. Untuk berpindah ke model ini maka ada tiga hal yang harus diubah. Pertama tujuan utama berubah. Jika semula  tujuan utamanya adalah pengenalan konsep-konsep inti pada para siswa, maka pada TBL tujuan  utamanya selain pengenalan juga termasuk menjamin bahwa siswa mampu menggunakan konsep tersebut. Kedua, peranan dan fungsi guru juga berubah. Jika semula guru menjadi seseorang yang menyebarkan informasi dan konsep, maka guru dituntut untuk merancang dan mengelola proses intruksional secara keseluruhan. Ketiga, peranan dan fungsi siswa juga  berubah. Semula hanya berupa penerima pasif informasi dan materi pelajaran, maka siswa dituntut untuk bertanggung jawab dalam menyerap konsep tersebut dan bekerja sama dengan siswa lain agar konsep tersebut dapat diterapkan.
Kelebihan model pembelajaran TBL tidak dapat dirasakan secara otomatis tetapi akan dirasakan jika guru dapat mengimplementasikan empat syarat dasar TBL yaitu: 
  1. Grup harus dibentuk dan dikelola dengan baik.
  2. Siswa harus dapat dikondisikan agar bertanggung jawab terhadap pekerjaan individu dan kelompoknya.
  3. Penugasan kelompok harus dapat membangun proses pembelajaran dan pembentukan kelompok.
  4. Siswa harus menerima umpan balik secepatnya dan secara rutin.
Manfaat dari penerapan model pembelajaran Team Based Learning dalam pembelajaran adalah memahami aplikasi materi pelajaran, mempelajari nilai kerjasama kelompok, mempelajari tentang dirinya sendiri, membangun dukungan sosial bagi siswa yang bermasalah, mengkondisikan pengembangan keahlian interpersonal dan kelompok, dan terakhir membangun dan menguatkan atensi pengajar terhadap peranannya.
Salah satu keuntungan TBL yang terbesar adalah pengalihan peranan guru sebagai seseorang yang bertanggung jawab tunggal untuk menguasai dan menyampaikan seluruh materi pelajaran, menjadi sebagai pengarah dan pengelola kelas. Untuk usaha penguasaan materi diambil alih oleh para siswa dan dijalankan dalam proses pengelolaan kelompoknya masing-masing. Jika guru ingin menyampaikan suatu materi pelajaran  dengan menggunakan pendekatan TBL, agar efektif guru harus merancang kegiatan pembelajaran tersebut dari awal hingga akhir. Implementasi model pembelajaran Team Based Learning pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. uru menyampaikan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang ada.
  2. Siswa dibagai dalam beberapa kelompok secara heterogen baik jenis kelamin maupun kemampuannya.
  3. Siswa berdiskusi dengan teman dalam satu kelompok untuk membangun pemahaman tentang materi yang diajarkan guru.
  4. Siswa berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan memperhatikan contoh dan memperagakan sendiri.
  5. Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas untuk ditanggapi siswa lainnya.
  6. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang diajarkan pada hari tersebut.
  7. Guru mengadakan evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka terhadap materi.
Setelah diterapkannya model pembelajaran Team Based Learning diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa. Siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru, kreatif dan bersemangat ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi mau bekerjasama dan berbagi informasi dalam kelompok dengan siswa yang lain.

SUMBER REFERENSI

  • Asmani, Jamal Ma’mur. (2013). 7 Tips Aplikasi PAIKEM. Jogyakarta: Diva Press.
  • Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
  • Daryanto dan Mulyo R. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
  • Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia

No comments:

Post a Comment