26/11/2020

GROUP INVESTIGATION ATASI KEJENUHAN SISWA BELAJAR EKONOMI

Sri Dwi Retnaningsih, M.Pd.

(Guru Ekonomi SMA Negeri 2 Karanganyar Jawa Tengah)

Dalam proses pembelajaran di sekolah saat ini, hasil belajar ranah kognitif lebih dominan jika  dibandingkan hasil belajar ranah afektif dan psikomotor. Ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor ada yang tampak pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian setelah pengajaran diberikan dalam prakteknya kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotoris sifatnya lebih luas dan lebih sulit dipantau  namun memiliki nilai lebih bermakna bagi siswa dimana dapat secara langsung mempengaruhi perilaku siswa.

Hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dan  juga dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dimana ketiga ranah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar utamanya ada dua yaitu:

  1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
  2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Dari hasil pengamatan kegiatan pembelajaran ekonomi yang biasa dilakukan di SMA Negeri 2 Karanganyar, ada sebagian siswa terlihat tidak terlalu tertarik mengikuti pelajaran ini karena masuk ke jurusan IPS ini terpaksa. Ada sebagian lagi yang kurang bersemangat karena model pembelajaran yang digunakan guru menurut mereka masih kurang cocok. Guru sebenarnya sudah berusaha menggunakan model pembelajaran kooperatif tapi masih mendominasi jalannya kegiatan pembelajaran, banyak ceramah dan tidak berusaha melibatkan siswa secara efektif. Kegiatan belajar mengajar ekonomi masih terfokus pada guru (teacher centered) dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. 

Kenyataan tersebut menuntut guru untuk merencanakan dan meneruapkan suatu strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Ketepatan dalam menggunakan metode dan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan minat ataupun motivasi siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan dan terhadap proses serta hasil belajar siswa. Siswa akan lebih mudah menerima materi yang diberikan guru apabila pendekatan mengajar tepat dan sesuai dengan tujuan pengajarannya. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di benak mereka sendiri. Belajar merupakan suatu proses  yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Dalam proses belajar, anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, secara berkelompok seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar. Hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Suasana kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan siswa itu salah satunya dapat tercipta melalui pembelajaran model Group Investigation.

Model pembelajaran Group Investigation yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan “Model ini didasari oleh proses demokratis dan pengambilan keputusan secara berkelompok. Guru berperan membantu siswa menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan mengatur kelompok, serta berfungsi sebagai konselor akademik”. “Group Investigation diklasifikasikan sebagai metode investigasi kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mendorong siswa untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi dari beragam sumber, komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang diberikan sangat implisit”. Dalam model Group Investigation, siswa memiliki pilihan penuh untuk merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi tugas dengan proyek yang berbeda-beda.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran mulai dari merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana melaksanakan investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan evaluasi. Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan- bahan  yang  tersedia,  misalnya  dari  buku  pelajaran  atau siswa dapat mencari melalui internet. Dalam menerapkan model investigasi kelompok pada pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa untuk memperlancar jalannya proses kelompok, sehingga sebelum melakukan investigasi kelompok guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan berkomunikasi kepada siswa. Keberhasilan pelaksanaan investigasi kelompok sangat tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan sosial lain yang dilakukan sebelumnya”.

Ciri-ciri esensial model pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut.

  1. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru.
  2. Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan- pertanyaan yang telah dirumuskan.
  3. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.
  4. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.

Dalam model pembelajaran Group Investigation memiliki ciri-ciri yang membedakan dari pembelajaran kooperatif yang lain seperti yang telah diungkapkan di atas. Dalam penelitian ini, ciri-ciri model pembelajaran kooperatif group investigation pada pembelajaran ekonomi adalah kelas dibagi menjadi beberapa kelompok belajar dengan topik yang berbeda-beda sehingga siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan kerjasama untuk menyelesaikan tugas kelompok. Selanjutnya dalam penelitian ini kegiatan yang dilakukan siswa lebih fokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan  yaitu bagaimana kelompok menyelesaikan tugas yang ada dalam kelompoknya, sumber apa saja yang akan digunakan (misalnya  buku-buku penunjang, koran-koran, dan orang yang bisa dijadikan sumber belajar), dan kemudian siswa secara aktif melakukan berbagai kegiatan dalam upaya untuk menyelesaikan tugas kelompok.

Dalam pembelajaran ekonomi yang menerapkan model pembelajaran Group Investigation menekankan pada kegiatan belajar siswa untuk mengumpulkan sejumlah data dari berbagai sumber yang ada di lingkungan sekitar siswa, kemudian setelah memperoleh informasi siswa berkumpul lagi untuk melakukan diskusi bersama anggota kelompoknya dan berbagi pendapat maupun berbagi pengetahuan mengenai masalah yang dikaji, dan kemudian menganalisis informasi-informasi tersebut sehingga pada akhirnya mencapai beberapa kesimpulan. Selanjutnya dalam menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing kelompok memiliki cara yang berbeda-beda, selain itu model pembelajaran kooperatif Group Investigation menuntut siswa untuk belajar secara mandiri dimana siswa juga membangun dan mengkontruksi pengetahuan dengan caranya sendiri. Hal ini berarti siswa menggunakan pendekatan yang beragam dalam belajar.

Langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok (Group Investigation) meliputi 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut.

1. Memilih topik

Siswa memilih sub-subtopik tertentu dalam bidang bidang permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh guru. Siswa kemudian diorganisasikan kedalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggota dua sampai enam orang. Komposisi kelompoknya heterogen baik secara akademis maupun etnis.

2. Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan  tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada  tahap pertama.

3. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber yang berbeda baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan.

4. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh sekelas.

5. Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.

6. Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evalusi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok. 

Mengacu pada pendapat di atas langkah-langkah pada model pembelajaran Group Investigation secara ringkas meliputi memilih topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, dan evaluasi. Dalam menerapkan model pembelajaran Group Investigation, guru harus memahami dan memperhatikan langkah-langkahnya mulai dari memilih topik hingga melakukan evaluasi. Dalam pelaksanaannya peran guru adalah membimbing dan memfasilitasi siswa pada kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar yang diciptakan guru hendaknya mampu merespon berbagai tuntutan siswa dan segala apa yang menjadi kebutuhan para siswa. Selain itu, guru juga harus mempertimbangkan berbagai kendala dan hambatan yang ada sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Model pembelajaran ini diharapakan akan mampu menumbuhkan kehangatan hubungan antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijakan, kemandirian dalam belajar serta hormat terhadap harkat dan martabat orang lain. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa model investigasi kelompok dapat dipergunakan pada seluruh areal subyek yang mencakup semua anak pada segala tingkatan usia dan peristiwa sebagai model inti untuk semua sekolah.

Performa siswa menjadi lebih efektif justru ketika mereka berada dalam kelompok-kelompok kecil (seperti, peer tutoring dan investigasi kelompok) dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam suasana tradisional ruang kelas yang mengikutsertakan seluruh anggotanya. Dalam kelompok-kelompok kecil terdapat hubungan interpersonal yang lebih intens dan lebih kompleks. Selanjutnya siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil memiliki rasa tanggung jawab lebih besar untuk membantu siswa lain. Selain itu, siswa berada dalam kelompok kecil lebih komunikatif satu sama lain. Tujuan akhirnya adalah pemahaman siswa pada materi pelajaran ekonomi meningkat diiringi dengan naiknya hasil belajar yang mereka capai.


REFERENSI

  • Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar. 
  • Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
  • Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 
  • Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 
  • Trianto, 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

25/11/2020

BELAJAR MENULIS TEKS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DRILL

Etik Listyowati, S.Pd.

(Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Ngemplak Kabupaten Boyolali Jawa Tengah)

Belajar merupakan proses yang sangat kompleks dan tidak dapat berjalan sendiri serta dipengaruhi oleh berbagai faktor dan situasi disekitarnya. Oleh sebab itu, belajar sangat penting bagi individu untuk memahami faktor-faktor yang dimaksud supaya dapat mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sedemikian hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.

Menurut Muhibbin Syah (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa digolongkan menjadi tiga, yaitu:

  1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). a) Aspek fisiologis meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh atau sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. b) Aspek psikologis menyebutkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang dimana faktor psikologis dapat berupa inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
  2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar, digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan  faktor lingkungan non-sosial. a) Faktor lingkungan sosial meliputi: lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial sekolah dan lingkungan sosial siswa. b) Faktor lingkungan non-sosial meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
  3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Pendekatan belajar dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: pendekatan tinggi (speculative dan achieving), pendekatan sedang (analitic dan deep), pendekatan rendah (reproductive  dan surface).

Faktor-faktor tersebut di atas sangat berpengaruh pada hasil belajar yang akan dicapai siswa. Ketiga faktor tersebut bersinergi pada kegiatan pembelajaran untuk meningkat mutu dan hasil pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan komponen-komponen meliputi siswa, guru, isi, tujuan, isi pelajaran, media, metode, tujuan dan evaluasi. Utamanya adalah siswa yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Sementara guru yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif

Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang diajarkan pada siswa kelas VII sampai kelas IX dan diujikan secara nasional serta nilainya dicantumkan pada SKHUN. Salah satu materi yang diajarkan pada di kelas VII adalah teks deskripsi. Materi ini memerlukan kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa untuk menggali pemahamannya pada materi yang diajarkan guru. Selain itu juga membutuhkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi (Higher Order Thinking Skill) untuk memahaminya dan mampu membuat teks deskripsi sederhana. Siswa perlu berdiskusi dengan teman untuk berbagi pengetahuan atau sumber belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 

Berkaitan dengan penjelasan di atas, dalam menyampaikan materi tentang teks deskripsi guru perlu memikirkan suatu strategi yang tepat untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dengan kualitas pembelajaran yang baik, diharapkan siswa mudah menyerap materi yang diajarkan guru dan mampu menulis sebuah teks deskripsi. Alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis teks deskripsi adalah model pembelajaran Drill.

Menurut Roestiyah (2008) mengatakan bahwa “Model pembelajaran Drill dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar yang mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan dan keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari”. Latihan-latihan yang dilakukan diharapkan dapat membuat siswa selalu siap siaga pada saat untuk menggunakan pengetahuan itu dalam mengahadapi masalah. Roestiyah menguraikan tujuan model mengajar latihan bagi siswa, yaitu:

  1. Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, menggunakan alat/membuat suatu benda, melaksanakan gerak dalam olahraga.
  2. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
  3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab-akibat misal: hujan-banjir; antara tanda huruf dan bunyi –ng  –ny dan sebagainya, penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.

Lebih lanjur, Syaiful Sagala (2009) menguraikan tentang kekuatan model pembelajaran Drill sebagai berikut:

  1. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan;
  2. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaanya;
  3. Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi otomatios, habitation makes complex movement more automatic.

Kelemahan dari model pembelajaran Drill antara lain adalah:

  1. Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid, karena murid lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan kepada uniformitas;
  2. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan;
  3. Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respons secara otomatis, tanpa menggunakan inteligensia;
  4. Dapat menimbulkan verbalisme karena murid-murid lebih banyak dilatih menghapal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis.

Untuk mengatasi kelemahan dari model pembelajaran Drill dapat dilakukan dengan memberikan masa latihan relatif harus singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Latihan harus menarik, gembira dan tidak membosankan untuk itu perlu dibandingkan minat instrinsik dan hasil latihan terbaik dengan sedikit menggunakan emosi. Proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan proses perbedaan individual;

Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi teks deskripsi dengan menerapkan model pembelajaran Drill dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Guru mengawali pembelajaran dengan salam, berdo’a, mengecek kebersihan kelas dan kemudian melakukan presensi siswa yang hadir.
  2. Guru menanyakan ke siswa materi pertemuan sebelumnya yang belum dipahami siswa dengan benar dan merefleksi materi untuk memberi pengayaan pada siswa. 
  3. Guru memberi apersepsi kepada siswa sebelum memulai pelajaran dengan memberi pertanyaan tentang pengembangan teks deskripsi.
  4. Selanjutnya siswa diberi materi tentang cara memetakan pengembangan teks deskripsi dengan menerangkan dari hal-hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks.
  5. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan anggota 4 orang per kelompok secara heterogen. 
  6. Siswa berdiskusi dengan teman-temannya untuk berbagi pengetahuan dan sumber belajar dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Pada saat berdiskusi sudah tidak ada kelompok siswa yang banyak bercanda. Semua kelompok serius berdiskusi mengerjakan tugas yang diberikan guru.
  7. Setelah selesai berdiskusi memecahkan masalah dan mengerjakan tugas, salah satu kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas. Guru menunjuk kelompok yang maju ke depan secara acak untuk menjaga konsentrasi siswa. 
  8. Siswa yang lain diminta untuk menanggapi presentasi teman yang maju ke depan kelas. Pada saat kegiatan presentasi, sudah banyak siswa yang berani memberi tanggapan dan beradu argumen mempertahankan pendapatnya.
  9. Selesai mengkomunikasikan hasil diskusi ke depan, siswa diminta menyimpulkan materi berdasarkan kegiatan belajar yang telah dilakukan dengan bantuan guru sekaligus memberikan penguatan materi hari ini.
  10. Setelah materi selesai, guru menyampaikan kepada siswa bahwa akan diadakan tes.

Dengan penerapan model pembelajaran Drill yang dilakukan guru dapat meningkatkaan kemampuan siswa dalam menyusun teks deskripsi. Selama kegiatan pembelajaran terlihat siswa menjadi lebih berkonsentrasi, bersemangat dan aktif sehingga lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selama bekerja kelompok, siswa sudah banyak yang menyadari pentingnya berbagi ilmu dan berpikir bersama untuk menyelesaikan tugas dari guru.


SUMBER REFERENSI

Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Perdasa. 

Roestiyah N.K,. 2008. Strategi Belajar Mengajar cetakan ke-7. Jakarta: Rineka Cipta. 

Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 

18/11/2020

REMOTE PC SEBAGAI SOLUSI EFEKTIF UNTUK PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA BIMBINGAN TIK SMA


Mukhamad Khasan Tiarani, S.Kom

(Guru TIK SMA Negeri 7 Surakarta - Jawa Tengah)

Pembelajaran Jarak Jauh – PJJ selama pandemi Covid 19 sudah menjadi kesibukan guru di tahun ini. Keadaan ini semakin memaksa guru untuk melampaui keterbatasan demi tersampaikannya ilmu Teknologi Informasi dan Komputer  - TIK kepada siswa. Mulai dari pembelajaran via WhatsApp,  Telegram, Zoom, Google Classroom, Google Meet maupun video streaming YouTube dan media lain, namun semua itu masih kurang memuaskan dahaga ilmu siswa akan pengetahuan Teknologi Informasi dan Komputer - TIK, dikarenakan semua media itu tidak bisa membimbing siswa secara langsung melalui praktek step-by-step dengan bimbingan guru secara langsung meskipun dalam jarak jauh.

Dengan aplikasi Remote PC akan menjembatani kesulitan dan kekurangan siswa dalam praktik, dimana komputer siswa yang di rumah akan langsung dikontrol dan diarahkan serta dibimbing langsung dari jarak jauh oleh guru Bimbingan TIK melalui praktek step by step. Dengan demikian aplikasi remote PC sebagai pelepas dahaga akan keterbatasan siswa untuk praktek langsung dengan didampingi dan dibimbing oleh guru bimbingan TIK.  Berikut ini beberapa aplikasi Remote PC non Komersial diantaranya: 

1. Chrome Remote Desktop

Mengakses komputer lain menggunakan Chrome Desktop Jarak Jauh dapat menggunakan komputer atau perangkat seluler untuk mengakses file dan aplikasi di komputer lain melalui Internet dengan Chrome Desktop Jarak Jauh.

Chrome Desktop Jarak Jauh sudah tersedia di web pada komputer. Namun harus mendownload aplikasi Chrome Desktop Jarak Jauh agar dapat digunakan pada perangkat seluler untuk akses jarak jauh. Untuk memberi orang lain akses jarak jauh ke komputer dengan akses penuh ke aplikasi, file, email, dokumen, dan histori dengan cara:

  1. Di komputer, buka Chrome, pada kolom URL di bagian atas, ketik remotedesktop.google.com/support, lalu tekan Enter.
  2. Pada bagian “Dapatkan Dukungan”, klik Download .
  3. kuti petunjuk di layar untuk mendownload dan menginstal Chrome Desktop Jarak Jauh.
  4. Pada bagian “Dapatkan Dukungan”, pilih Buat Kode.  
  5. Salin kode dan kirim ke orang yang ingin diberi akses ke komputer.
  6. Saat orang tersebut memasukkan kode akses di situs, akan terlihat dialog berisi alamat email miliknya. Pilih Bagikan untuk memberikan mereka akses penuh ke komputer.
  7. Untuk mengakhiri sesi berbagi, klik Berhenti Berbagi.
  8. Kode akses tersebut hanya akan berfungsi satu kali. Jika berbagi komputer, akan diminta untuk mengonfirmasi bahwa ingin terus berbagi komputer setiap 30 menit.

2. VNC ® Viewer

Untuk menggunakan VNC ® Viewer harus mengunduh atau mendownload aplikasi dari website https://www.realvnc.com/ untuk mendapatkan versi freeware selama 30 hari. Aplikasi VNC ® Viewer bisa dipakai lintas platform OS untuk meremote berbagai perangkat yang berbeda platform OS.

source image: https://www.realvnc.com/en/connect/capabilities/

3. TeamViewer

Untuk menggunakan TeamViewer pengguna harus mendownload aplikasi ini melalui website https://www.teamviewer.com/en/download/windows versi terbaru 15x. Pengguna tinggal memberikan ID dan Password untuk mendapatkan akses penuh fungsi TeamViewer Remote Control, File Transfer, Meeting. 

Namun dibalik featur yang powerfull ternyata TeamViewer memiliki kelemahan seperti diberitakan  News Softpedia, banyak pengaduan dari para pengguna TeamViewer dalam forum, menanyakan cara membuka file enkripsi yang mengunci data meraka. Para pengguna menceriktakan bahwa file mereka mengunci otomatis, kemudian tidak bisa diakses atau dilakukan penambahan/ copy melalui perangkat desktop sekalipun. (“ https://news.softpedia.com/news/surprise-ransomware-uses-teamviewer-to-infect-victims-502006.shtml ”)

4. Splashtop 2

Splashtop 2 - Remote Desktop memungkinkan untuk mengakses isi PC, langsung dari perangkat Android. Hampir semua hal pada PC dapat diakses melalui tabulet atau ponsel. Mulai dari aplikasi pemutar audio dan video, bermain permainan - semuanya mampu di akses dari perangkat Android.

5. Microsoft Remote Desktop

Aplikasi dari Microsoft sudah ada dalam windows pengguna tinggal search pada taskbar windows seperti gambar di bawah ini:


Referensi:

  • https://support.google.com/
  • https://remotedesktop.google.com/support
  • https://www.realvnc.com/en/connect/capabilities/
  • https://www.teamviewer.com/en/download/windows/
  • https://news.softpedia.com/news/surprise-ransomware-uses-teamviewer-to-infect-victims-502006.shtml
  • https://www.splashtop.com/personal
  • https://splashtop-2-remote-desktop.id.uptodown.com/android#:~:text=Splashtop%202%20%2D%20Remote%20Desktop%20memungkinkan,Anda%20melalui%20tabulet%20atau%20ponsel.&text=Anda%20dapat%20menggunakan%20pemutar%20audio,bermain%20permainan%20%2D%20semuanya%20dari%20Android.
  • https://www.microsoft.com/en-us/download/details.aspx?id=50042 

17/11/2020

GERAKAN PPK DENGAN JUS SISRI DI ESKALEMBOY

 Anik Riyanti Yulianingsih, S.Pd.

(Kepala SMPN 2 Ngemplak Boyolali - Jawa Tengah)

Dunia abad XXI sekarang berbeda secara signifikan dengan dunia abad XX. Dalam skala makro dunia abad XXI sekarang ditandai oleh 6 (enam) kecenderungan penting. Pertama, berlangsungnya revolusi digital yang semakin luar biasa yang mengubah sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan  termasuk pendidikan. Kedua, terjadinya integrasi  belahan-belahan dunia yang semakin intensif akibat internasionalisasi, globalisasi, hubungan-hubungan multilateral, teknologi komunikasi, dan teknologi transportasi. Ketiga, berlangsungnya pendataran dunia (the world is flat) sebagai akibat  berbagai perubahan mendasar dimensi-dimensi kehidupan  manusia terutama akibat mengglobalnya negara, korporasi, dan individu. Keempat,  sangat cepatnya perubahan dunia yang mengakibatkan dunia tampak berlari tunggang langgang, ruang tampak menyempit, waktu terasa ringkas, dan keusangan segala sesuatu cepat terjadi. Kelima,  semakin tumbuhnya masyarakat padat pengetahuan (knowledge society), masyarakat informasi (information society), dan masyarakat jaringan (network society) yang membuat pengetahuan, informasi, dan jaringan menjadi modal sangat penting. Keenam, makin tegasnya fenomena abad kreatif beserta masyarakat kreatif yang menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai modal penting untuk individu, perusahaan, dan masyarakat. Keenam hal tersebut telah memunculkan tatanan baru, ukuran-ukuran baru,  dan kebutuhan-kebutuhan baru yang berbeda dengan sebelumnya, yang harus ditanggapi dan  dipenuhi oleh  dunia pendidikan nasional dengan sebaik-baiknya.

Sehubungan dengan itu, sendi-sendi pendidikan nasional Indonesia perlu ditata kembali atau ditransformasikan sedemikian rupa sehingga pendidikan nasional Indonesia semakin sanggup member kontribusi berarti bagi kiprah dan kemajuan Indonesia dalam abad XXI yang sudah mengalami perubahan mendasar yang paradigmatis sebagaimana telah disinggung di atas. Di samping itu, penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia itu dihajatkan untuk memberikan tanggapan dan  jawaban atas berbagai tantangan, tuntutan, dan kebutuhan baru sebagai konsekuensi berbagai keadaan kekinian. Hal ini menunjukkan bahwa penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia merupakan tugas sejarah (imperatif) yang harus dikerjakan secara sungguh-sungguh. Dikatakan demikian karena tiga alasan. Pertama, bangsa-bangsa di dunia yang sekarang mengalami kemajuan sangat berarti, misalnya Jepang, Singapura, Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, dan Finlandia, telah ditopang atau disangga oleh pendidikan yang baik, bermutu, dan  maju. Dalam berbagai pemeringkatan pendidikan di era global, misalnya Learning Curve, TIMSS (Trends in International  Mathematics and  Science Study), dan PISA (Programme for International Student Assessment), negara-negara tersebut selalu menduduki peringkat atas. Kedua, pelbagai studi internasional dan nasional tentang pendidikan Indonesia memberikan justifikasi betapa  mendesaknya transformasi pendidikan nasional Indonesia sekarang. Laporan-laporan Bank Dunia, UNDP, dan UNESCO tentang pendidikan Indonesia merekomendasikan transformasi secara terarah pada pendidikan nasional Indonesia supaya Indonesia mampu tumbuh dan  berkembang dengan baik, terhindar dari jebakan-jebakan yang membawa aneka kemerosotan pada satu sisi dan pada sisi lain mampu memanfaatkan peluang-peluang yang terbuka. Ketiga, berbagai fakta dan bukti kinerja pendidikan nasional yang telah dipublikasikan oleh berbagai pihak mengamanatkan betapa mendesaknya penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia secara komprehensif dan Sistemis.

Penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia tersebut dapat dimulai  dengan menempatkan kembali karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam pendidikan nasional berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin dalam kompetensi. Dengan karakter yang kuat-tangguh beserta  kompetensi yang tinggi, yang dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu, selain pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik sangatlah penting atau utama dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Dikatakan demikian karena pada dasarnya pendidikan bertujuan mengembangkan potensi-potensi intelektual dan karakter peserta didik. Hal ini telah dilandaskan oleh berbagai pemikiran tentang pendidikan dan berbagai peraturan perundang-undangan tentang pendidikan. Sebagai contoh, beberapa puluh tahun lalu Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, telah menandaskan secara eksplisit bahwa “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat  memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita” (Karya  Ki Hadjar  Dewantara Buku I: Pendidikan). Demikian juga laporan Delors untuk pendidikan abad XXI, sebagaimana tercantum dalam buku Pembelajaran: Harta Karun di Dalamnya, menegaskan bahwa pendidikan abad XXI bersandar pada lima tiang pembelajaran sejagat (five pillar of learning), yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be serta learning to transform  for oneself and society. Selain itu, Undang-Undang Nomor  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan  Nasional telah menegaskan bahwa “Pendidikan nasional  berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka  mencerdaskan kehidupan  bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta  bertanggung jawab”. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) juga terpapar secara tersurat berbagai kompetensi yang  bersangkutan dengan karakter di samping intelektualitas. Ini semua menandakan bahwa sesungguhnya pendidikan bertugas mengembangkan karakter sekaligus intelektualitas berupa kompetensi peserta didik.

Sehubungan dengan itu, penyelenggaraan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah dapat dikatakan sudah berada pada jalur yang tepat, karena telah memberikan pendidikan karakter sekaligus membentuk intelektualitas berupa kompetensi. Meskipun demikian, proporsi penerapan pendidikan karakter dengan pendidikan intelektual belum berimbang akibat berbagai faktor. Usaha penyeimbangan pendidikan karakter dengan pembentukan kompetensi senantiasa harus dilakukan. Demi kepentingan masa depan bangsa Indonesia, bahkan sejak sekarang perlu dilakukan pemusatan (centering) pendidikan  karakter dalam  penyelenggaraan pendidikan nasional Indonesia. Kesadaran sekaligus usaha pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan nasional semakin kuat ketika pada tahun 2010 pemerintah Indonesia mencanangkan sekaligus melaksanakan kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa. Hal tersebut perlu dilanjutkan, dioptimalkan, diperdalam, dan bahkan diperluas sehingga diperlukan penguatan pendidikan  karakter bangsa. Untuk itu, sejak sekarang perlu dilaksanakan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan mengindahkan asas  keberlanjutan dan  kesinambungan.
Banyak satuan pendidikan telah melaksanakan praktik baik (best practice) dalam penerapan pendidikan karakter. Dampak dari penerapan ini adalah terjadi perubahan mendasar di dalam ekosistem pendidikan dan proses pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat. Program PPK ingin memperkuat  pembentukan karakter siswa yang selama ini sudah dilakukan di banyak sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa (NKRI Go) yang dimaksud adalah sebagai berikut. 

Nasionalis, nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan  kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga  kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

Kemandirian, nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Religius, nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan  agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan  damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih.

Integritas, nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam  perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral,  anti  korupsi,  keadilan, tanggung  jawab,  keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

Gotong Royong, nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang  berdiri dan berkembang sendiri-sendiri  melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang  berkembang secara dinamis dan  membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai,  individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya  baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius  sebagai cerminan dari iman dan  takwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan  keyakinan masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat, maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai- nilai religius dimaksud melandasi dan  melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan  ketakwaan yang  tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.

Demikian juga dengan SMP Negeri 2 Ngemplak juga melakukan gerakan untuk meningkatkan nilai-nilai karakter siswanya. Gerakan tersebut dinamai gerakan JUS SISRI yaitu kegiatan Jum’at Sehat, Jum’at Bersih, Jum’at Kreasi dan Jum’at Sehat. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jum’at dengan penjadwalan yang ditetapkan bersama dan melibatkan seluruh warga sekolah mulai dari kepala sekolah sampai dengan siswa. 

Kegiatan Jum’at sehat diisi dengan kegiatan senam pagi bersama, jalan-jalan bersama atau melakukan kegiatan olahraga massal yang menyenangkan dan menyehatkan. Kegiatan Jum’at bersih diisi kegiatan bersih-bersih lingkungan sekolah, pertamanan atau lombar kreasi lingkungan kelas. Kegiatan Jum’at kreasi diisi kegiatan pentas seni yang melibatkan warga sekolah untuk ajang unjuk kemampuan di bidang seni. Kegiatan Jum’at rohani diisi kegiatan pengajian rutin di halaman sekolah dengan mengundang penceramah yang menarik minat siswa dan bagi yang beragama non Islam melakukan peribadatan bersama. Diharapkan pelaksanaan kegiatan JUS SISRI akan dapat mewujudkan visi dan misi sekolah dalam rangka menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang unggul.


PENGEMBANGAN KONSEP DIRI DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK







Siti Rohani Pilihaningsih, S.Psi.

(Guru BK SMPN 2 Ngemplak Boyolali - Jawa Tengah)

Arus globalisasi sekarang ini sudah seperti udara yang bisa masuk kemana saja, tidak terkecuali ke dalam lingkungan sekolah.  Khusunya di tingkat sekolah menengah atas, dimana para siswanya merupakan individu yang sedang berada pada tahap perkembangan remaja dengan segala karakateristik dan kebutuhannya juga sering menghadapi berbagai pengaruh dari globalisasi kehidupan yang penuh dengan tantangan, tuntutan dan pilihan. 

Peserta didik pada usia remaja di  sekolah sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai siswa ber-IQ (Intelligence Quotions) tinggi gagal dalam menempuh  ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak peserta didik yang memiliki IQ sedang-sedang saja  ternyata mereka berhasil dalam menempuh ujian. 

Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan menunjukkan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dipunyainya. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan ia memandang seluruh tugasnya sebagai sesuatu yang sulit diselesaikan. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli menunjukkan, bahwa pandangan individu terhadap dirinya sendiri sangat menentukan keberhasilan yang akan dicapai. 

Bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam membantu para peserta didik mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.  Bimbingan dan konseling di sekolah akan senantiasa  terkait dengan perubahan yang terjadi pada kehidupan siswa dan lingkungannya.  Melalui layanan bimbingan dan konseling siswa dibantu agar dirinya  mampu membaca dan mengubah ancaman (threats) menjadi sebuah tantangan (chalenge) yang selanjutnya menjadi peluang (opportunities) sehingga mampu bertahan dan mengembangkan dirinya dalam kondisi lingkungan yang penuh dengan kompetisi dan ketidakpastian. 

Konsep diri penting artinya karena individu dapat memandang diri dan dunianya, mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif dalam berbagai  situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Dalam hal ini siswa dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan  mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun siswa yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau sesuatu yang ia hargai dalam hidupnya. 

Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti  bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif. 

Layanan Bimbingan Kelompok 

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi atau aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial. Mereka memperoleh berbagai bahan dari Guru Pembimbing yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat, serta dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. 

Dalam layanan tersebut, para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik- topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok.

Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu.  Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang  tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif. 

Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri.

Dalam kelompok, anggota belajar meningkatkan diri dan kepercayaan terhadap orang lain, selain itu mereka juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman secara akrab dengan sesama anggota. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi antar individu antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling kelompok terdiri dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing. 

Interaksi yang terus menerus dapat dilakukan dengan konseling kelompok karena dengan layanan konseling kelompok ini para anggota dapat belajar bersama dengan anggota kelompok yang lain dalam memecahkan masalah yang dihadapi, selain itu pemberian alternatif-alternatif  bantuan yang ditawarkan oleh para anggota kelompok yang  lain lebih efektif sebab anggota kelompok tersebut sudah mengalami secara langsung. 

Konsep diri bukan merupakan faktor  yang dibawa sejak  lahir, tetapi merupakan sesuatu yang dipelajari  dan merupakan hasil bentukan dari pengalaman individu dalam berhubungan  dengan individu yang lain. Dalam kegiatan konseling kelompok akan muncul dinamika kelompok maka individu akan menerima tanggapan dari individu lain. Tanggapan–tanggapan ini akan dijadikan cermin baginya dalam memandang dan menilai dirinya sendiri. 

Tanggapan atau umpan balik yang cukup, memungkinkan individu untuk  menerima diri sendiri. Penerimaan diri akan mengarahkannya ke kerendahan hati yang merupakan dasar konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif bersifat  stabil dan bervariasi, sehingga orang mampu menyimpan informasi tentang dirinya baik informasi positif maupun negatif. Oleh karena itu segala macam informasi bukan merupakan ancaman baginya. Ia juga mampu menerima orang lain sebagaimana adanya. Baginya hidup adalah proses penemuan. Dengan konseling kelompok individu mengharapkan hidupnya akan lebih baik, dapat memecahkan masalah dan dapat pula membantu orang lain. Dengan ini mereka bertindak lebih berani dan spontan serta memperlakukan orang lain dengan hangat dan hormat. Hidup ini baginya terasa menyenangkan penuh kejutan dan penuh pula imbalan. 

Konsep diri terbentuk dan dapat  berubah karena interaksi dengan lingkungan, dengan konseling kelompok siswa dapat berinteraksi dengan anggota lain, mereka dapat berlatih tentang perilaku baru, belajar memberi dan menerima, dan belajar memecahkan masalah berdasarkan masukan dari orang lain. Situasi yang diperlukan untuk mengembangkan konsep diri positif adalah situasi hubungan yang erat dan mendalam dan dalam waktu yang relatif agak lama dalam berinteraksi. 

Kelompok yang semua anggotanya merupakan teman yang sebaya sering disebut kelompok teman sebaya. Di sinilah mereka dinilai oleh orang lain. Penilaian ini akan dijadikan sebagai cermin dalam memandang dan menilai dirinya sendiri. Mereka dapat membandingkan antara “saya dapat menjadi apa”  dengan “saya seharusnya menjadi apa”. Hasil dari perbandingan ini berupa rasa harga diri. Semakin besar perbedaan  keduanya akan semakin rendah harga dirinya. Suasana memberi dan menerima di dalam bimbingan kelompok dapat menumbuhkan harga diri dan keyakinan diri anggota. Anggota akan saling menolong, menerima dan berempati secara tulus. Hal ini dapat menumbuhkan suasana yang positif dalam diri mereka. Terlebih lagi apabila semua anggota kelompok merupakan teman-teman sebaya.  

Bimbingan kelompok yang dilakukan secara efektif akan dapat mengembangkan konsep diri positif yang dimiliki para siswa. Setelah dilaksanakan bimbingan kelompok pada kelompok kecil 3 – 4 orang terjadi peningkatan konsep diri positif siswa dari yang tadinya mempunyai konsep diri yang rendah telah hilang Dengan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada kelompok kecil siswa menjadi lebih terbuka, sukarela dan percaya diri dalam mengeluarkan pendapat sehingga waktu tidak terbuang sia-sia. 

16/11/2020

Sekolah Sistem Hybrid Sebagai Model PJJ di Masa Pandemi Covid19


HASIH HIKMAWATI, S. PD.

NIP. 19750824 200701 2 009
(Guru Bahasa Inggris SMAN 8 Surakarta - Jawa Tengah)

Sejak terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia, sejak itu pula dunia pendidikan terkena dampaknya. Untuk memutus penyebaran penyakit tersebut pemerintah selain melaksanakan PSBB dan menghimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan yaitu melaksanakan 3M : memakai masker, sering mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan melalui Kementrian Pendidikan untuk melaksanakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan media online di semua sekolah di seluruh daerah yang ada terjangkit virus Covid-19 tersebut.

Tidak terasa bahwa ternyata sudah hampir 8 bulan sebaran virus corona covid 19 belum juga menurun  bahkan pertambahannya semakin meningkat. Mau tidak mau kondisi seperti ini akan menambah panjang usia pelaksanaan pembelajaran jarak jauh meskipun sudah terasa sekali bahwa PJJ berdampak pada tidak efektifnya proses belajar mengajar.  Akibatnya timbul kendala dan masalah-masalah pada guru dan peserta didik yaitu munculnya rasa bosan dan jenuh dengan pola pembelajaran online. 

Meskipun Menteri pendidikan mengatakan  akan membuka lagi sekolah untuk melaksanakan pelajaran tatap muka, akan tetapi PJJ masih akan tetap dilaksanakan selama pandemi belum berakhir. Lebih lanjut mendikbud mengatakan bahwa PJJ tidak akan dipermanenkan menjadi system pendidikan di sekolah, tetapi karena kondisi di Indonesia masih mengalami pandemic covid 19, maka pelaksanaan sekolah bisa dikombinasikan antara PJJ dan tatap muka, atau biasa disebut dengan Hybrid learning. Yaitu; pembalajaran yang mengkombinasikan dengan baik antara pengalaman pembelajaran online dan tatap muka. Sistem ini pada prinsipnya adalah memanfaatkan kekuatan tatap muka dan pembelajaran online sekaligus menutupi kelemahan-kelemahan dalam masing- masing pembelajaran. Semoga saja dengan rencana sekolah tatap muka yang sudah akan dimulai sebentar lagi bisa mengurai malah-masalah yang banyak timbul dalam PJJ yang penulis alami selama ini.

Pembelajaran tatap muka mempunyai kelebihan dan tidak dapat digantikan dengan pembelajaran jarak jauh, begitu juga sebaliknya. Kelebihan pembelajaran tatap muka yang diantaranya adalah:

1. Mendorong Motivasi Peserta didik untuk lebih Aktif dalam Belajar.

Pembelajaran tatap muka merupakan pendidikan dengan model pembelajaran yang aktif. Guru bisa mendorong dan mengontrol  peserta didik dengan langsung untuk secara aktif mempelajari pelajaran yang disampaikan, karena di pembelajaran langsung ini guru dan peserta didik secara bisa langsung berinteraksi dan berkomunikasi sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk aktif belajar sehingga pembelajaran di kelas bisa lebih hidup dan menyenangkan.

2. Guru dan Peserta didik lebih Aktif Berpartisipasi dalam Pembelajaran.

Peserta didik secara aktif terlibat dalam kegiatan di kelas. Mereka membantu teman sekelasnya yang lain dalam mempelajari materi terkait. Mereka bisa mengajukan pertanyaan secara bebas kepada guru tentang kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Partisipasi aktif peserta didik akan sangat bermanfaat dan membantu mereka dalam memahami kompetensi atau mempraktekkan keterampilan berbahasa secara langsung di dalam kelas.

3. Ada Komunikasi yang lancar.

Komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik maupun antar teman sekelas sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Komunikasi yang baik membuat peserta didik menjadi komunikator (pengirim pesan) dan guru juga akan merasa dihargai setelah mendapat umpan balik dari peserta didik.

4. Meningkatkan Disiplin Peserta Didik.

Bagian yang penting dari pendidikan tatap muka adalah adanya kegiatan yang terjadwal dan dilaksanakan dengan baik. Jadwal dan waktu yang sudah disetting akan membuat peserta didik lebih berdisiplin dan teratur dalam belajar.   

Sementara Untuk Pembelajaran tidak langsung atau biasa disebut pembelajaran jarak jauh disamping memiki kelebihan tetapi juga memiliki kelemahan. Seperti yang pengalaman penulis selama mengajar Bahasa Inggris di SMA 8 Surakarta dengan cara PJJ sejak masa pandemi covid 19, banyak menemui tantangan dan masalah yang timbul  dalam proses pelaksanaanya. Tak bisa dipungkiri bahwa dengan pembelajaran tatap muka saja banyak peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam belajar, apalagi pembelajaran dilaksanakan secara daring/online. 

Menurut para ahli, Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa atau peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap juga membuat siswa senang. Pembelajaran yang efektif menumbuhkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, ketrampilan, nilai konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. 

Sementara Dillon dan Gunawardena (1992) mengemukakan bahwa terdapat tiga hal hal yang menentukan efektivitas dalam PJJ. Pertama, teknologi. Dalam hal ini guru dan peserta didik harus punya akses yang mudah terhadap jaringan dengan waktu yang seminim mungkin. Kedua, karakteristik pengajar. Guru sebagai pengajar memegang peranan penting dalam efektivitas pembelajaran secara daring. ketiga, karakteristik peserta didik sendiri. Setiap peserta didik memiliki karakteristik tertentu yang harus dipahami guru. 

Ternyata PJJ Bahasa Inggris di sekolah kami tidak bisa mencapai kriteria pembelajaran efektif seperti definisi diatas. Hal tersebut dikarenakan, pada proses pelaksanaan PJJ sejauh ini yang sudah dijalani, penulis dihadapkan dengan sejumlah permasalahan yang timbul baik dari peserta didik maupun dari guru dalam hal ini penulis sendiri. Peserta didik banyak sekali yang merasa kesulitan dalam belajar, meskipun ada juga yang bisa lancar mempelajari pelajaran Bahasa Inggris secara mandiri. Penulis menemukan beberapa permasalahan yang yang terjadi dari peserta didik yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.

Motivasi dan minat belajar peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam pelaksanaan PJJ ternyata membuat peserta didik kurang termotivasi dikarenakan banyaknya aktifitas lain yang ternyata lebih bisa membuat mereka tertarik daripada melakukan PJJ. Perhatian guru yang harusnya lebih bisa terfokus pada mereka juga tidak bisa seperti halnya pada kelas tatap muka sangat berpengaruh besar terhadap Motivasi dan minat siswa terhadap PJJ. Motivasi dan minat siswa yang tinggi akan cenderung aktif dalam pembelajaran, sebaliknya motivasi yang  rendah dalam pembelajaran akan bersikap pasif dalam pembelajaran.

2. Budaya literasi baca dan tulis peserta didik yang rendah.

Literasi baca dan tulis adalah: Pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial. Budaya literasi merupakan kebiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca-menulis yang pada akhirnya akan mengarah kepada cara berpikir kritis, cara pemecahan masalah, pengembangan ilmu pengetahuan, dan penciptaan suatu karya. PJJ adalah cara belajar yang dilakukan mandiri oleh peserta didik, tingkat kesulitan akan lebih tinggi daripada belajar secara tatap muka.  Fakta bahwa meskipun hampir semua peserta didik adalah pengguna internet kemampuan mereka dalam membaca masih rendah. Tidak sedikit peserta yang enggan untuk membaca materi PJJ/belajar mandiri apalagi untuk mencari informasi sendiri dari internet untuk keperluan pembelajaran mereka. Contoh; Banyak peserta didik yang membuka aplikasi youtube tapi enggan untuk melihat video pembelajaran. Alhasil tidak sedikit peserta didik yang tidak mengumpulkan tugas karena mereka beralasan bahwa materi yang diberikan lewat online sangat sulit dipahami.

3. Keterbatasan Aksesibilitas  Teknologi.

Peserta didik dalam pembelajaran online harus dapat mengakses lingkungan pembelajaran online. Dalam Wabah covid 19 yang tengah melanda berpengaruh juga terhadap perekonomian keluarga. Sehingga mengakibatkan pada kemampuan untuk membeli handphone atau membeli kuota (meskipun pemerintah sudah membagikan paket PJJ faktanya beberapa peserta didik ada yang tidak mendapatkan pembagian paket tersebut karena adanya beberapa alasan) untuk keperluan PJJ. Sehingga ada peserta didik yang memakai handphone tersebut secara bergantian dengan anggota keluarga yang lain. Ada juga peserta didik yang mengalami kegagalan dalam menerima materi PJJ karena tinggal di daerah yang jaringan internetnya tidak bagus. Kurangnya akses karena alasan ekonomi atau logistic atau alasan sinyal kurang kuat akan mengecualikan peserta didik dari pembelajaran ini. Hal- hal tersebut berakibat pada menumpuknya tugas sekolah yang harus mereka kerjakan yang membuat merekapun kewalahan dan kecapekan untuk mengerjakanya. Yang pada akhirnya timbul rasa lelah dan enggan untuk melaksanakan belajar dengan cara PJJ.

Sedangkan permasalahan pembelajaran dari luar diri peserta didik yang muncul antara lain sebagai berikut :

1. Kurangnya Inovasi pada Metode dan Model Pembelajaran yang Digunakan.

Model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan peserta materi dan karakter peserta didik dapat mengantar proses kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien dan juga menyenangkan. Oleh karena itu guru Bahasa Inggris perlu melakukan inovasi dan mengembangkan kreatifitas pada model, metode, dan media pembelajaran agar bisa menunjang pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris secara online dengan baik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris secara online juga harus bisa mengakomodasi seluruh kebutuhan peserta didik dalam dalam belajar. Karena pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang baik dan inovatif mampu meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik dan sebaliknya, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang monoton akan menurunkan motivasi dan minat belajar peserta didik. Selama PJJ, guru cenderung menerapkan model pembelajaran pemberian materi kemudian dipelajari sendiri oleh peserta didik. Karena keterbatasan kemampuan guru di bidang teknologi, tentu saja berpengaruh pada pemilihan model pembelajaran yang kurang variatif dan kreatif , yang menyebabkan penerapan model pembelajaran yang cenderung monoton yang membuat peserta didik merasa bosan dan tidak bersemangat dan pasif dalam PJJ.

2. Minimnya Kontrol dalam Belajar.

Pembelajaran jarak jauh memiliki kendala yaitu guru kurang bisa mengawasi dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Kurangnya pengawasan dalam PJJ membuat peserta didik cenderung menjadi tidak focus pada tujuan pembelajaran. Ditambah kemudahan mengakses materi atau tugas dapat membuat peserta didik menunda-nunda waktu belajar dan mengerjakan penugasan yang diberikan oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan terhambatnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan yang pada akhirnya menyebabkan turunnya prestasi belajar peserta didik.

Seperti yang diuraikan diatas, PJJ memiliki beberapa kelemahan meskipun ada juga kelebihanya. Guru sudah berusaha untuk mencari solusi dengan timbulnya masalah-masalah tersebut tapi faktanya guru belum mampu secara maksimal untuk mengatasi masalah tersebut. Semoga saja dengan akan kembali dibukanya sekolah dengan tatap muka dengan system hybrid sangat diharapkan bisa mengurangi masalah-masalah tersebut diatas sehingga proses pembelajaran bisa berjalan lancar dan bisa lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

15/11/2020

BIJAK DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL

ANDRIYANTO TRI SULISTYO, S. T.

NIP. 19830617 200902 1 005
(Guru TIK SMAN 5 Surakarta - Jawa Tengah)

Perkembangan media sosial (medsos) di Indonesia sudah sangat pesat dan menjadi kebutuhan pokok. Menurut data yang dipublikasikan We Are Social, perusahaan asal Inggris, pada Januari 2020, menyatakan bahwa 175,4 juta penduduk Indonesia telah menggunakan internet dan 160 juta telah menggunakan medsos dari total 272,1 juta keseluruhan penduduk. Media sosial saat ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam masyarakat Indonesia. Media sosial kerap dipakai untuk berinteraksi dengan orang-orang yang jauh, bahkan tidak mereka kenal sebelumnya. Semua platform media sosial ini menjadi konsumsi hampir setiap hari, khususnya oleh generasi milenial atau generasi Z. Mereka banyak mencari informasi dari media sosial.

Di masa pandemi covid-19, penggunan medsos di masyarakat cenderung meningkat. Hal ini karena adanya kebijakan physical distancing yang dikeluarkan pemerintah. Sehingga aktivitas komunikasi masyarakat Indonesia lebih banyak dilakukan di medsos. Bahkan, sebagian besar masyarakat tidak hanya menggunakan medsos sebagai media komunikasi, tapi juga sumber informasi yang dipercayai. Padahal, tidak semua yang diunggah di medsos merupakan berita yang valid atau malah bisa jadi berita hoaks (informasi yang tidak benar). media sosial juga menjadi tempat bagi seseorang dalam mengumumkan kabar baru. Selain itu, belakangan ini media sosial juga sudah menjadi sesuatu yang dapat membantu para pelaku usaha, tidak terkecuali di Indonesia. Banyak muncul online shop atau jualan online yang berkembang lewat medsos.

Kalau kita melihat, media konvensional memang banyak yang membuat tulisan, tetapi terkadang tidak semua dibaca atau dikonsumsi publik. Mungkin, ada beberapa artikel media online yang viral sehingga menjadi perbincangan luas. Namun, itu akan semakin banyak dikonsumsi justru ketika masuk ke media sosial. Artinya, banyak orang yang mengetahui suatu berita kadang-kadang setelah berita itu dibagi di media sosial. Sebab, asumsi mereka itu, kalau sudah di-share, pasti menarik berita itu. Jadi, media sosial itu perannya sangat besar untuk menentukan apa yang akan dibaca dan apa yang akan dibahas publik. Kalau media konvesional, itu kan bicara berdasarkan fakta. Dan, untuk satu isu tertentu, kadang menjadi ramai di media online, tetapi sepi di media sosial. Jadi, tidak selamanya apa yang menjadi isu besar di media konvensional itu akan menjadi isu utama di media sosial. Namun, yang jelas media sosial itu memang sangat memengaruhi, seperti pembentukan opini publik dan lain-lain. Beberapa influencer menggunakan instrumen ini untuk mengabarkan kondisi serta rencana-rencana mereka. Namun, tentunya tidak semua konten yang dihasilkan influencer itu positif. Di Indonesia, fenomena ini juga diikuti oleh beberapa influencer. Media sosial juga menjadi bagian dari konten-konten usil (prank) dan tantangan (challenge). 

Di Indonesia sudah ada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang dapat menjerat perilaku pengguna medsos yang melanggar UU tersebut. Oleh karena itu, pengguna medsos harus cermat dan bijak dalam mengunggah informasi. Yang terbaru Netizen  kembali dihebohkan dengan video seks artis yang menyebar di media sosial. komentar dari netizen pun berhamburan, dari pernyataan prihatin (sambil bisik-bisik sana-sini meminta link), sampai hujatan-hujatan yang kasar.

Bagi netizen, diharapkan tidak dengan mudah menyebarkan konten berbau pornografi, baik yang mirip Gisel tersebut atau yang lain. Sebab, hal tersebut melanggar Undang-Undang Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Adapun pasal yang dilanggar, yaitu UU ITE pasal 27 ayat 1 dengan hukuman enam tahun dan denda Rp 1 miliar. Kemudian, UU Pornografi pasal 4 ayat 1 dengan pidana paling enam bulan dan paling lama 12 tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 250 juta. Kementerian Komunikasi dan Informatika (kominfo) sudah sejak jauh hari mewanti-wanti agar masyarakat tidak dengan mudah menyebarkan konten berbau pornografi. Sebab, hal tersebut melanggar Undang-Undang Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Namun, dengan semua kecanggihan yang ditawarkan oleh media sosial, masyarakat di Indonesia masih belum terlalu sadar akan etika dalam menggunakan media sosial. Media sosial dapat memberikan dampak yang positif bagi orang yang menggunakannya dengan baik, bagi keluarga, atau bahkan perusahaan tertentu. Namun, media sosial juga dapat berdampak negatif jika digunakan untuk tujuan negatif dan menyimpang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengunggah informasi di medsos agar kita tidak melanggar Undang-Undang Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Pertama, terkadang judul dan keseluruhan informasi berbeda. Oleh karena itu jangan hanya membaca judul, tapi harus keseluruhan informasi. Berita hoaks biasanya menggunakan judul yang provokatif. Pengguna medsos yang tidak membaca keseluruhan informasi biasanya hanya membaca judul, lalu memercayai informasi itu dan menyebarkan sesuai dengan kesimpulan judul yang dibaca.

Kedua, mengecek sumber berita. Informasi yang valid disertai dengan sumber yang jelas sehingga pembaca berita bisa mengecek informasi sebenarnya melalui alamat situs resmi dari media yang tepercaya. Perlu diketahui situs yang menggunakan domain blog, informasi yang disajikan masih belum dapat dikatakan valid. Contoh yang sering terjadi adalah pesan berantai (broadcast) di Whatsapp. yakni adanya pesan yang tidak diketahui sumbernya beredar di grup-grup Whatsapp. Dalam menyikapi hal ini, pengguna medsos yang tidak bijak biasanya akan ikut emosional dan langsung menyebarkan atau meneruskanke grup-grup Whatsapp lainnya dan itu akan berlangsung terus menerus.

Ketiga, membandingkan informasi dari medsos dengan beberapa media massa. Pengguna medsos dapat mengecek di situs yang lain dengan membandingkan fakta yang ada. Jika informasi yang terdapat di beberapa media sama, dapat dipastikan informasi tersebut valid. Namun, jika masih terdapat perbedaan informasi maka perlu diverifikasi lebih lanjut.

Di era teknologi seperti saat ini, penggunaan medsos tidak bisa lagi dapat terbendung dan dihindari. Di hadapan teknologi apapun, kita bukanlah pengendali, kita hanya penikmat. Oleh karena itu, mari bijak dalam bermedia sosial agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.