AMBAR WAHYUNINGSIH, S.PD
NIP. 19711016 200112 2 001
(Guru Sejarah SMAN 2 Wonogiri - Jawa Tengah)
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Salah satu materi yang diajarkan dalam pelajaran sejarah adalah materi zaman praejarah. Zaman prasejarah merupakan babakan dalam sejarah yang diberikan kepada suatu periode ketika manusia belum menggunakan tulisan sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu upaya pemahaman zaman prasejarah merupakan hal yang cukup sulit. Hal ini disebabkan rentangan waktu antara zaman prasejarah dengan zaman sekarang mencakup ribuan tahun. Untuk mengatasi kesulitan itu diperlukan suatu cara, salah satunya memanfaatkan koleksi museum. Museum sangat tepat sebagai sarana untuk memperjelas materi prasejarah Indonesia, baik dengan mengunjungi museum maupun ”membawa” museum secara virtual karena adanya halangan pandemi covid-19.
Pengetahuan Prasejarah
Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam proses pembelajarannya pada pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran sejarah memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan mata pelajaran sejarah adalahuntuk mengembangkan kemampuan- kemampuan sebagai berikut (1) Membangun kesadaran akan pentingnya waktu(time) yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan, (2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta- fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan (sejarah), (3) Menumbuhkan apresiasi danpenghargaan terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau, (4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik bahwa proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui proses sejarah yang panjang dan masih berproses hingga kini dan masa yang akan datang, (5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik bahwa mereka menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang harus memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah airnya yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kegiatan dan lapangan pengabdian (BSNP, 2006: 1-2). Oleh karena itu pelajaran sejarah mempunyai kedudukan yang penting bagi peserta didik sebagai generasi muda bangsa Indonesia.
Salah satu materi yang diajarkan dalam pelajaran sejarah adalah materi zaman prasejarah. Zaman prasejarah merupakan babakan dalam sejarah yang diberikan kepada suatuperiode ketikamanusia belum menggunakan tulisan sebagai alat komunikasi. Di Indonesia zaman prasejarah berakhir pada sekitar abad V masehi (Soekmono, 1981: 11). Oleh karena itu upaya pemahaman zaman prasejarah merupakan hal yang cukup sulit. Hal ini disebabkan rentangan waktu antara zaman prasejarah dengan zaman sekarang mencakup ribuan tahun. Selain itu kurangnya bukti-bukti yang ditinggalkan oleh masyarakat purbayang dapatdigunakan untuk mempelajari kehidupan masa lampau.
Para ahli telah melakukan upaya untuk memahami zaman prasejarah melalui penggunaan sumber primer berupa fosil, artefak, isefak, ecofak serta feature, melalui analisis kimiawi, geologis, dan arkeologis. Namun demikian bagi para siswa upaya memahami zaman prasejarah dari fosil atau bukti primer l;innya masih mengalami banyak kendala. Kendala tersebut dikarenakan (1).Barang-barang peninggalan dan sampel penelitian jumlahnya sedikit dan langka, (2).Keterbatasan pengetahuan siswa dalam menganalisis serta meneliti dengan seksama peninggalan, sumber, dan bukti tersebut, (3). Materi zaman prasejarah bukan hanya memuat sejarahmanusiatetapijuga keadaanbumi sebagai gambaran kondisi sebelum manusia ada sehingga cakupan materinya cukup luas. Bagi siswa, upaya pemahaman terhadap zaman prasejarah dilakukan berdasar pada pemakaian buku teks. Selain itu beberapa guru telah menempuhnya dengan menghadirkan gambar- gambar peninggalan zaman prasejarah ke dalam kelas. Namun upaya pemahaman dengan menggunakan buku teks maupun gambar mengalami kendala. Hal ini karena buku teks hanya memberikan informasi dalam bentuk verbal sehingga bersifat abstrak. Sedangkan gambar-gambar yang terdapat dalam buku maupun disajikan oleh guru berupa gambar dua dimensi yang terbatas untuk bisa dipahami. Terlebih seringkali gambar tersebut tidak jelas, kabur, hitam putih dan kelemahan gambar lainnya. Oleh karerna itu diperlukan sumber lain yang mampu memberikan informasi secara kongkret, sekaligus tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan. Model dan media tentu saja disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.
Dengan menggunakan media-media pembelajaran yang tepat akan tercipta suasana belajar yang tenang dan menyenangkan (enjoyable learning) yang akan mendorong proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna. Dengan kondisi proses belajar yang demikian akan mampu menimbulkan kesadaran pada peserta didik untuk belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar untuk hidup bersama orang lain secara harmonis (learning to live together). Oleh karena itu setiap saat guru mata pelajaran sejarah harus selalu meningkatkan mutu pembelajaran (effective teaching).
Dari uraian di atas maka perlu dicarikan bagaimana supaya pemahaman siswa terhadap materi zaman prasejarah dapat dilakukan dengan lebih baik. Memanfaatkan museum yang mempunyai koleksi benda-benda zaman prasejarah, atau setidak-tidaknya replika benda-benda peninggalan prasejarah adalah cara-cara yang bisa ditempuh sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Sementara ini Museum sangiran yang berada di kalijambe kabupaten Sragen Jawa Tengah masih ditutup sejak 15 Maret 2020, bahkan pada tanggal 12 Oktober 2020 yang merupakan Hari Museumpun tidak ada perayaan seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian museum prasejarah Sangiran tetap memberikan layanan secara virtual dalam bentuk website.
Museum Sangiran
Museum Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo).
Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia. Dalam museum ini dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus Erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.
Lebih menarik lagi, di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini, sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan. Koleksi yang tersimpan di museum ini mencapai 13.806 buah yang tersimpan pada dua tempat yaitu 2.931 tersimpan di ruang pameran dan 10.875 di dalam ruang penyimpanan. Museum sangiran menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang informasi tentang museum sangiran.
Penelitian terhadap situs sangiran diwali oleh Eugene Dubois pada tahun 1893 dimana sebelum dia mengadakan penelusuran mencari fosil nenek moyang manusia di Sumatra Barat, tetapi dia tidak menemukannya. Selai Dubois, tahun 1930-an penelususranb dilakukan oleh GHR Von Koenigswald. Tahun 1934 Von Koenigswald berhasil menemukan kurang lebih 1000 alat batuan manusia purba yang pernah hidup di Sangiran.
Tahun 1936 Von Koenigswald berhasil menemukan fosil rahang atas manusia pdan selanjutnya ia memberi nama fosil Megantrophus Paleojavanicus. Tahun 1973 dia juga berhasil menemukan manusia purba yang dicari oleh Eugene Dubois yaitu Pithecanthropus Erectus. Penemuan kedua ini mendorong para ahli untuk mengadakan penelitian lanjutan di situs sangiran diantaranya : Helmut de Tera, Movius, P. Marks, RW van Bemmelean, H.R van Hekkeren, Gert jan Barsta, Francois Semah, Anne Marie Semah, M. Itahara. Sedangkan peneliti-peneliti dari Indonesia yang serius menangani sangiran adalah: R.P Soejono, Teuku Jacob, S. Sartono, dan Hari Widianto.
Media Virtual Museum Sangiran
Sebenarnya sangat menarik sekali apabila dalam pembelajaran sejarah pada materi prasejerah siswa diajak mengunjungi museum prasejarah Sangiran di Kabupaten Sragen Jawa Tengah, namun karena pandemi Covid-19 menjadikan kunjangan langsung tersebut tidak dimungkinkan. Namun demikian masih ada metode yang dimanfaatkan untuk pembelajaran prasejarah dengan mengunjungi museum tersebut secara virtul melalui website. Berikut ini adalah beberapa media virtual dalam bentuk website internet yang bisa dikunjungi untuk sebagai pendukung materi prasejarah:
1. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/virtualmuseum/sangiran_ID/index.html
Akses internet dan teknologi ponsel yang terus berkembang dari waktu ke waktu mempermudah mengakses museum virtual. Publikasi tentang museum dapat lebih mudah diberikan pada publik memanfaatkan teknologi. Gagasan tentang museum virtual ini mulai tersebar di Indonesia dan saat ini Museum Sangiran sudah memanfaatkannya. Museum virtual diaplikasikan di Indonesia dengan Museum Sangiran sebagai pilot project. Saat ini teknologi menjadi kekuatan utama untuk memperkenalkan museum, salah satunya dengan virtual museum ini dan Museum Sangiran menjadi pilot project-nya. Jika pilot project museum virtual ini berhasil, tidak tertutup kemungkinan jika semakin banyak museum di Indenesia memanfaatkan museum virtual.
Dengan tersedianya aplikasi Virtual Museum ini, para peminat museum yang belum dapat singgah ke Museum Manusia Purba Sangiran dapat mengakses Museum Virtual. Saat ini aplikasi Virtual Museum baru tentang Museum Manusia Purba Klaster Krikilan, ke depan akan ditambah dengan informasi di Virtual Museum tentang Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung, Bukuran, Manyarejo dan Dayu. Pengunjung saat ini bisa menikmati Sangiran via Virtual Museumnya, semoga ini membawa kemajuan bagi Situs dan Museum Sangiran.
2. https://artsandculture.google.com/partner/sangiran-early-man-museum?hl=id
Alamat tersebut diatas adalah ulasan museum sangiran dari fasilitas art and culture milik raksasa layanan internet Google.com. Dalam situs internet ini banyak menyajikan foto-foto prasejarah yang merupakan koleksi dari museum Sangiran dengan kualitas yang baik dan jelas. Dalam web tersebut pengunjung juga bisa menjelajahi kluster-kluster museum diantaranya kluster Krikilan, Manyarejo, Bukuran dan Dayu.
3. https://whc.unesco.org/en/list/593/
Alamat situs web internet diatas adalah informasi museum sangiran milik Unesco yang merupakan badan dunia PBB untuk urusan Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan yang didirikan sejak tahun 1945.
Pada web ini memiliki koleksi-koleksi foto dengan kualitas yang baik pada menu Gallery. Selain itu dalam web tersebut juga ada fasilitas menu Deskripsi, peta, video, grafik indikator dan informasi lainnya.
4. Augmented Reality (AR)
Selain diakses melalui website museum Sangiran juga membuat terobosan baru dengan membuat buku dengan teknologi Augmented Reality (AR), yaitu suatu teknologi yang memberikan pengalaman interaktif dari lingkungan dunia nyata di mana objek yang berada di dunia nyata ditingkatkan oleh informasi persepsi yang dihasilkan komputer, terkadang di beberapa modalitas sensorik, termasuk visual, auditori, dan lain sebagainya. AR dapat didefinisikan sebagai sistem yang memenuhi fitur dasar kombinasi dunia nyata dan virtual, interaksi real-time, dan pemanfaatan 3D yang akurat dari objek virtual dan nyata. teknologi terbebut dibenamkan dalam buku berjudul “Mengenal Situs Manusia Purba Sangiran” dan “Katalog Homo Erectus”. Dengan memanfaatkan gawai berupa smartphone android buku tersebut bisa memunculkan ilustrasi 3D ketika smartphone diarahkan pada gambar yang ada pada buku tersebut.