16/11/2020

Sekolah Sistem Hybrid Sebagai Model PJJ di Masa Pandemi Covid19


HASIH HIKMAWATI, S. PD.

NIP. 19750824 200701 2 009
(Guru Bahasa Inggris SMAN 8 Surakarta - Jawa Tengah)

Sejak terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia, sejak itu pula dunia pendidikan terkena dampaknya. Untuk memutus penyebaran penyakit tersebut pemerintah selain melaksanakan PSBB dan menghimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan yaitu melaksanakan 3M : memakai masker, sering mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan melalui Kementrian Pendidikan untuk melaksanakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan media online di semua sekolah di seluruh daerah yang ada terjangkit virus Covid-19 tersebut.

Tidak terasa bahwa ternyata sudah hampir 8 bulan sebaran virus corona covid 19 belum juga menurun  bahkan pertambahannya semakin meningkat. Mau tidak mau kondisi seperti ini akan menambah panjang usia pelaksanaan pembelajaran jarak jauh meskipun sudah terasa sekali bahwa PJJ berdampak pada tidak efektifnya proses belajar mengajar.  Akibatnya timbul kendala dan masalah-masalah pada guru dan peserta didik yaitu munculnya rasa bosan dan jenuh dengan pola pembelajaran online. 

Meskipun Menteri pendidikan mengatakan  akan membuka lagi sekolah untuk melaksanakan pelajaran tatap muka, akan tetapi PJJ masih akan tetap dilaksanakan selama pandemi belum berakhir. Lebih lanjut mendikbud mengatakan bahwa PJJ tidak akan dipermanenkan menjadi system pendidikan di sekolah, tetapi karena kondisi di Indonesia masih mengalami pandemic covid 19, maka pelaksanaan sekolah bisa dikombinasikan antara PJJ dan tatap muka, atau biasa disebut dengan Hybrid learning. Yaitu; pembalajaran yang mengkombinasikan dengan baik antara pengalaman pembelajaran online dan tatap muka. Sistem ini pada prinsipnya adalah memanfaatkan kekuatan tatap muka dan pembelajaran online sekaligus menutupi kelemahan-kelemahan dalam masing- masing pembelajaran. Semoga saja dengan rencana sekolah tatap muka yang sudah akan dimulai sebentar lagi bisa mengurai malah-masalah yang banyak timbul dalam PJJ yang penulis alami selama ini.

Pembelajaran tatap muka mempunyai kelebihan dan tidak dapat digantikan dengan pembelajaran jarak jauh, begitu juga sebaliknya. Kelebihan pembelajaran tatap muka yang diantaranya adalah:

1. Mendorong Motivasi Peserta didik untuk lebih Aktif dalam Belajar.

Pembelajaran tatap muka merupakan pendidikan dengan model pembelajaran yang aktif. Guru bisa mendorong dan mengontrol  peserta didik dengan langsung untuk secara aktif mempelajari pelajaran yang disampaikan, karena di pembelajaran langsung ini guru dan peserta didik secara bisa langsung berinteraksi dan berkomunikasi sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk aktif belajar sehingga pembelajaran di kelas bisa lebih hidup dan menyenangkan.

2. Guru dan Peserta didik lebih Aktif Berpartisipasi dalam Pembelajaran.

Peserta didik secara aktif terlibat dalam kegiatan di kelas. Mereka membantu teman sekelasnya yang lain dalam mempelajari materi terkait. Mereka bisa mengajukan pertanyaan secara bebas kepada guru tentang kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Partisipasi aktif peserta didik akan sangat bermanfaat dan membantu mereka dalam memahami kompetensi atau mempraktekkan keterampilan berbahasa secara langsung di dalam kelas.

3. Ada Komunikasi yang lancar.

Komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik maupun antar teman sekelas sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Komunikasi yang baik membuat peserta didik menjadi komunikator (pengirim pesan) dan guru juga akan merasa dihargai setelah mendapat umpan balik dari peserta didik.

4. Meningkatkan Disiplin Peserta Didik.

Bagian yang penting dari pendidikan tatap muka adalah adanya kegiatan yang terjadwal dan dilaksanakan dengan baik. Jadwal dan waktu yang sudah disetting akan membuat peserta didik lebih berdisiplin dan teratur dalam belajar.   

Sementara Untuk Pembelajaran tidak langsung atau biasa disebut pembelajaran jarak jauh disamping memiki kelebihan tetapi juga memiliki kelemahan. Seperti yang pengalaman penulis selama mengajar Bahasa Inggris di SMA 8 Surakarta dengan cara PJJ sejak masa pandemi covid 19, banyak menemui tantangan dan masalah yang timbul  dalam proses pelaksanaanya. Tak bisa dipungkiri bahwa dengan pembelajaran tatap muka saja banyak peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam belajar, apalagi pembelajaran dilaksanakan secara daring/online. 

Menurut para ahli, Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa atau peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap juga membuat siswa senang. Pembelajaran yang efektif menumbuhkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, ketrampilan, nilai konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. 

Sementara Dillon dan Gunawardena (1992) mengemukakan bahwa terdapat tiga hal hal yang menentukan efektivitas dalam PJJ. Pertama, teknologi. Dalam hal ini guru dan peserta didik harus punya akses yang mudah terhadap jaringan dengan waktu yang seminim mungkin. Kedua, karakteristik pengajar. Guru sebagai pengajar memegang peranan penting dalam efektivitas pembelajaran secara daring. ketiga, karakteristik peserta didik sendiri. Setiap peserta didik memiliki karakteristik tertentu yang harus dipahami guru. 

Ternyata PJJ Bahasa Inggris di sekolah kami tidak bisa mencapai kriteria pembelajaran efektif seperti definisi diatas. Hal tersebut dikarenakan, pada proses pelaksanaan PJJ sejauh ini yang sudah dijalani, penulis dihadapkan dengan sejumlah permasalahan yang timbul baik dari peserta didik maupun dari guru dalam hal ini penulis sendiri. Peserta didik banyak sekali yang merasa kesulitan dalam belajar, meskipun ada juga yang bisa lancar mempelajari pelajaran Bahasa Inggris secara mandiri. Penulis menemukan beberapa permasalahan yang yang terjadi dari peserta didik yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.

Motivasi dan minat belajar peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam pelaksanaan PJJ ternyata membuat peserta didik kurang termotivasi dikarenakan banyaknya aktifitas lain yang ternyata lebih bisa membuat mereka tertarik daripada melakukan PJJ. Perhatian guru yang harusnya lebih bisa terfokus pada mereka juga tidak bisa seperti halnya pada kelas tatap muka sangat berpengaruh besar terhadap Motivasi dan minat siswa terhadap PJJ. Motivasi dan minat siswa yang tinggi akan cenderung aktif dalam pembelajaran, sebaliknya motivasi yang  rendah dalam pembelajaran akan bersikap pasif dalam pembelajaran.

2. Budaya literasi baca dan tulis peserta didik yang rendah.

Literasi baca dan tulis adalah: Pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial. Budaya literasi merupakan kebiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca-menulis yang pada akhirnya akan mengarah kepada cara berpikir kritis, cara pemecahan masalah, pengembangan ilmu pengetahuan, dan penciptaan suatu karya. PJJ adalah cara belajar yang dilakukan mandiri oleh peserta didik, tingkat kesulitan akan lebih tinggi daripada belajar secara tatap muka.  Fakta bahwa meskipun hampir semua peserta didik adalah pengguna internet kemampuan mereka dalam membaca masih rendah. Tidak sedikit peserta yang enggan untuk membaca materi PJJ/belajar mandiri apalagi untuk mencari informasi sendiri dari internet untuk keperluan pembelajaran mereka. Contoh; Banyak peserta didik yang membuka aplikasi youtube tapi enggan untuk melihat video pembelajaran. Alhasil tidak sedikit peserta didik yang tidak mengumpulkan tugas karena mereka beralasan bahwa materi yang diberikan lewat online sangat sulit dipahami.

3. Keterbatasan Aksesibilitas  Teknologi.

Peserta didik dalam pembelajaran online harus dapat mengakses lingkungan pembelajaran online. Dalam Wabah covid 19 yang tengah melanda berpengaruh juga terhadap perekonomian keluarga. Sehingga mengakibatkan pada kemampuan untuk membeli handphone atau membeli kuota (meskipun pemerintah sudah membagikan paket PJJ faktanya beberapa peserta didik ada yang tidak mendapatkan pembagian paket tersebut karena adanya beberapa alasan) untuk keperluan PJJ. Sehingga ada peserta didik yang memakai handphone tersebut secara bergantian dengan anggota keluarga yang lain. Ada juga peserta didik yang mengalami kegagalan dalam menerima materi PJJ karena tinggal di daerah yang jaringan internetnya tidak bagus. Kurangnya akses karena alasan ekonomi atau logistic atau alasan sinyal kurang kuat akan mengecualikan peserta didik dari pembelajaran ini. Hal- hal tersebut berakibat pada menumpuknya tugas sekolah yang harus mereka kerjakan yang membuat merekapun kewalahan dan kecapekan untuk mengerjakanya. Yang pada akhirnya timbul rasa lelah dan enggan untuk melaksanakan belajar dengan cara PJJ.

Sedangkan permasalahan pembelajaran dari luar diri peserta didik yang muncul antara lain sebagai berikut :

1. Kurangnya Inovasi pada Metode dan Model Pembelajaran yang Digunakan.

Model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan peserta materi dan karakter peserta didik dapat mengantar proses kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien dan juga menyenangkan. Oleh karena itu guru Bahasa Inggris perlu melakukan inovasi dan mengembangkan kreatifitas pada model, metode, dan media pembelajaran agar bisa menunjang pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris secara online dengan baik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris secara online juga harus bisa mengakomodasi seluruh kebutuhan peserta didik dalam dalam belajar. Karena pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang baik dan inovatif mampu meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik dan sebaliknya, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang monoton akan menurunkan motivasi dan minat belajar peserta didik. Selama PJJ, guru cenderung menerapkan model pembelajaran pemberian materi kemudian dipelajari sendiri oleh peserta didik. Karena keterbatasan kemampuan guru di bidang teknologi, tentu saja berpengaruh pada pemilihan model pembelajaran yang kurang variatif dan kreatif , yang menyebabkan penerapan model pembelajaran yang cenderung monoton yang membuat peserta didik merasa bosan dan tidak bersemangat dan pasif dalam PJJ.

2. Minimnya Kontrol dalam Belajar.

Pembelajaran jarak jauh memiliki kendala yaitu guru kurang bisa mengawasi dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Kurangnya pengawasan dalam PJJ membuat peserta didik cenderung menjadi tidak focus pada tujuan pembelajaran. Ditambah kemudahan mengakses materi atau tugas dapat membuat peserta didik menunda-nunda waktu belajar dan mengerjakan penugasan yang diberikan oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan terhambatnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan yang pada akhirnya menyebabkan turunnya prestasi belajar peserta didik.

Seperti yang diuraikan diatas, PJJ memiliki beberapa kelemahan meskipun ada juga kelebihanya. Guru sudah berusaha untuk mencari solusi dengan timbulnya masalah-masalah tersebut tapi faktanya guru belum mampu secara maksimal untuk mengatasi masalah tersebut. Semoga saja dengan akan kembali dibukanya sekolah dengan tatap muka dengan system hybrid sangat diharapkan bisa mengurangi masalah-masalah tersebut diatas sehingga proses pembelajaran bisa berjalan lancar dan bisa lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

3 comments:

  1. Bagus, sesuai knyataan di masa pandemi ini. Akn lebih lengkap lagi kalau ditambah solusi atas masalah yg muncul dlm PJJ, makin bagus kak.

    ReplyDelete
  2. Mungkin juga Kelemahan yang lain dalam pjj adalah anak anak tidak bisa fokus belajar karena lingkungan yang tidak mendukung. Selain itu penggunaan hp sebagai sarana belajar bisa mengalihkan perhatian anak anak dari proses pjj. Pjj sambil main game banyak didapati pada anak anak

    ReplyDelete